Kategori
Edukasi

Studi Kasus Nilai Ujian dan Kejujuran SMP Nurul Ilmi

Simulasi Studi Kasus 1: “Nilai Ujian dan Kejujuran” Latar Belakang Kasus Di SMP Nurul Ilmi, kelas 8A baru saja menyelesaikan ujian Matematika.

Beberapa hari kemudian, guru mereka Bu Kia, membagikan hasil ujian. Sebagian besar siswa mendapat nilai rendah, termasuk Andi, siswa yang biasanya mendapat nilai bagus.

Andi merasa sangat kecewa. Malam harinya, ia mendengar dari temannya, Fajar, bahwa soal ujian matematik: sebenarnya sempat tersebar sebelum hari ujian.

Beberapa siswa, termasuk Fajar, telah melihat soal itu sebelumnya dan belajar berdasarkan bocoran tersebut.

Itulah sebabnya nilai mereka tinggi. Keesokan harinya, Andi berada dalam dilema. la merasa tidak adil karena siswa yang melihat bocoran mendapat nilai lebih tinggi.

Namun ia juga takut jika ia melaporkan kejadian ini ke guru, teman-temannya akar marah padanya dan menganggapnya sebagai “pengadu.”

Pertanyaan Diskusi:

  1. Apa saja dampak dari tindakan tidak jujur yang dilakukan oleh sebagian siswa dalam studi kasus tersebut, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi kelas secara keseluruhan?
  2. Menurut kamu, apakah Andi seharusnya melaporkan kejadian tersebut kepada Bu Kia? Jelaskan alasanmu dengan mempertimbangkan nilai kejujuran dan dampaknya jangka panjang.
  3. Jika kamu berada di posisi Andi, buatlah rencana tindakan yang mencerminkan sikap jujur dan bertanggung jawab, namun tetap menjaga hubungan baik dengan teman-teman.
  4. Pernahkah kamu berada dalam situasi yang menuntut pilihan antara kejujuran dan kenyamanan so Bagaimana kamu menyikapinya? Bandingkan dengan kasus Andi.
  5. Bagaimana jika seluruh siswa di sekolah bersikap jujur dalam setiap aspek, bukan hanya dalam uji Jelaskan bagaimana hal ini akan memengaruhi suasana belajar dan budaya sekolah.
  6. Sikap Apa saja yang bisa kamu lakukan di sekolah sebagai pelajar SMPIT UQ yang mencerminka profil jujur?

Pertanyaan di atas adalah soal mata kuliah di bidang Etika dan Profesionalisme atau bisa juga masuk ke dalam mata kuliah Pendidikan Karakter atau Pengembangan Diri.

Tujuan utama pemberian soal ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan dilema etika yang mungkin mereka hadapi di kehidupan nyata, khususnya dalam konteks pendidikan dan sosial.

Diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai moral yang kuat, serta berani menegakkan kejujuran dan integritas meskipun dihadapkan pada tekanan atau ketidaknyamanan, sehingga mereka tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berkarakter mulia dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat.

Berikut referensi jawabannya:

  1. Dampak Tindakan Tidak Jujur

Tindakan tidak jujur yang dilakukan oleh sebagian siswa, seperti melihat bocoran soal ujian, memiliki dampak luas baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi kelas secara keseluruhan.

Bagi siswa yang tidak jujur, mereka mungkin mendapatkan nilai tinggi sesaat, tetapi itu bukan cerminan kemampuan sebenarnya.

Hal ini dapat menumbuhkan kebiasaan buruk dalam belajar, membuat mereka malas untuk memahami materi secara mendalam, dan pada akhirnya, mereka akan kesulitan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena fondasi pengetahuan mereka rapuh.

Rasa bangga yang mereka rasakan karena nilai tinggi juga semu, didasari oleh kecurangan, yang bisa menimbulkan rasa bersalah dan kecemasan.

Secara jangka panjang, integritas mereka sebagai pribadi akan terkikis, dan mereka mungkin cenderung mencari jalan pintas dalam menghadapi masalah di masa depan.

Bagi kelas secara keseluruhan, dampak tindakan tidak jujur ini menciptakan lingkungan belajar yang tidak adil. Siswa yang belajar keras dan jujur merasa dirugikan karena usaha mereka tidak dihargai sebagaimana mestinya.

Ketidakadilan ini dapat menurunkan motivasi belajar siswa lain, menimbulkan rasa frustrasi, dan merusak kepercayaan antar sesama. Suasana kompetisi yang sehat di kelas akan tergantikan oleh persaingan yang tidak jujur, di mana yang diutamakan bukan lagi pemahaman materi, melainkan bagaimana cara mendapatkan nilai tertinggi dengan segala cara.

Akhirnya, hal ini akan mengikis semangat kebersamaan dan kejujuran di dalam kelas, dan pada gilirannya, kualitas pendidikan yang didapatkan oleh seluruh siswa akan menurun.

  1. Dilema Andi: Melapor atau Tidak?

Menurut saya, Andi seharusnya melaporkan kejadian tersebut kepada Bu Kia. Alasan saya adalah karena nilai kejujuran merupakan fondasi penting dalam kehidupan, termasuk dalam pendidikan. Dengan melaporkan, Andi menunjukkan keberanian untuk menegakkan kebenaran, meskipun ada risiko.

Membiarkan kecurangan seperti ini terjadi dapat memberikan pesan bahwa ketidakjujuran itu boleh-boleh saja, atau bahkan menguntungkan. Jika Andi tidak melaporkan, ketidakadilan akan terus berlanjut, dan siswa yang curang tidak akan belajar dari kesalahan mereka.

Dampak jangka panjang dari tindakan Andi yang melaporkan akan sangat positif. Bu Kia sebagai guru dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah ini, baik dengan memberikan sanksi bagi yang curang maupun dengan menanamkan kembali nilai kejujuran kepada seluruh siswa.

Proses ini mungkin sulit di awal, tetapi pada akhirnya akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan berintegritas. Jika kecurangan ini dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi budaya yang merusak, dan kualitas pendidikan di SMP Nurul Ilmi akan terganggu. Saya percaya bahwa menjaga nilai kejujuran akan membawa manfaat yang lebih besar untuk semua dalam jangka panjang, bahkan jika ada ketidaknyamanan di awal.

  1. Rencana Tindakan Andi

Jika saya berada di posisi Andi, saya akan membuat rencana tindakan yang mencerminkan sikap jujur dan bertanggung jawab, namun tetap menjaga hubungan baik dengan teman-teman, yaitu:

Saya akan mencoba berbicara terlebih dahulu dengan Fajar secara pribadi dan tenang. Saya akan mengungkapkan perasaan saya tentang ketidakadilan yang terjadi dan menjelaskan mengapa tindakan curang itu tidak benar.

Saya akan mencoba untuk tidak menyalahkan atau menghakimi, tetapi lebih kepada menyampaikan kekhawatiran saya tentang dampak negatif jangka panjang dari tindakan tersebut. Saya juga akan mencoba meyakinkan Fajar untuk bersama-sama melaporkan masalah ini kepada Bu Kia.

Jika Fajar tidak mau bekerja sama, saya akan mencoba mengumpulkan informasi lebih lanjut secara diam-diam untuk memastikan kebenaran bocoran soal tersebut.

Saya tidak akan mencoba menjadi “detektif”, tetapi sekadar mencari konfirmasi tambahan jika memungkinkan, misalnya dengan melihat apakah ada kesamaan pola nilai tinggi yang tidak biasa di antara beberapa teman.

Saya akan menemui Bu Kia secara pribadi, di luar jam pelajaran, untuk menyampaikan apa yang saya dengar dan rasakan. Saya akan menjelaskan bahwa saya merasa dilema dan khawatir tentang bagaimana hal ini memengaruhi keadilan di kelas.

Saya akan meminta Bu Kia untuk merahasiakan nama saya sebagai pelapor awal jika memungkinkan, agar saya bisa menghindari konflik langsung dengan teman-teman. Saya akan menyerahkan sepenuhnya kepada Bu Kia untuk memutuskan langkah selanjutnya.

Terlepas dari hasil laporan, saya akan tetap fokus pada belajar dengan jujur dan meningkatkan kemampuan saya sendiri. Saya akan menunjukkan kepada teman-teman bahwa keberhasilan yang didapatkan dari usaha sendiri itu jauh lebih berarti.

Saya percaya dengan cara ini, saya bisa menyampaikan kebenaran tanpa harus serta-merta merusak hubungan pertemanan secara drastis, karena saya memberikan kesempatan teman saya untuk juga berbenah dan menyerahkan penanganan masalah kepada pihak yang berwenang.

  1. Pengalaman Menuntut Pilihan Antara Kejujuran dan Kenyamanan

Saya pribadi pernah berada dalam situasi yang menuntut pilihan antara kejujuran dan kenyamanan. Saya ingat saat mengerjakan tugas kelompok di mana salah satu anggota tim saya tidak berkontribusi sama sekali, tetapi ingin namanya tercantum sebagai kontributor penuh. Saya merasa dilema karena saya ingin hasil tugas kelompok kami maksimal dan tidak ingin ada konflik, tetapi saya juga merasa tidak adil jika dia mendapatkan nilai tanpa usaha.

Saya menyikapinya dengan berbicara langsung kepada anggota tim tersebut. Saya menjelaskan bahwa kontribusi setiap orang sangat penting dan bahwa hasil yang baik datang dari kerja keras bersama. Saya menawarkan untuk membantunya memahami bagiannya jika dia kesulitan, tetapi saya juga dengan tegas mengatakan bahwa jika dia tidak berkontribusi, saya tidak bisa mencantumkan namanya sebagai kontributor penuh. Akhirnya, dia memutuskan untuk sedikit berkontribusi, dan kami bisa menyelesaikan tugas dengan lebih jujur.

Membandingkan dengan kasus Andi, ada kemiripan dalam dilemanya: antara menjaga hubungan baik dengan teman dan menegakkan kejujuran.

Perbedaannya, situasi saya adalah tentang kontribusi dalam kelompok, yang mungkin dampaknya lebih terbatas dibandingkan dengan kecurangan ujian berskala kelas. Namun, prinsip yang mendasarinya sama: pentingnya memilih kejujuran meskipun ada ketidaknyamanan awal.

Saya memilih untuk menghadapi masalah tersebut secara langsung dan privat, mirip dengan rencana tindakan yang saya buat untuk Andi. Saya percaya bahwa komunikasi yang jujur, meskipun sulit, seringkali merupakan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah dan mempertahankan integritas.

  1. Dampak Jika Seluruh Siswa Bersikap Jujur

Jika seluruh siswa di sekolah bersikap jujur dalam setiap aspek, bukan hanya dalam ujian, hal ini akan secara drastis memengaruhi suasana belajar dan budaya sekolah menjadi jauh lebih positif dan produktif.

Pertama, suasana belajar akan menjadi lebih kondusif dan autentik. Siswa akan fokus pada pemahaman materi dan pengembangan diri, bukan pada persaingan tidak sehat atau upaya mencari jalan pintas. Mereka akan lebih berani bertanya jika tidak paham, mengakui kesalahan, dan membantu teman tanpa pamrih. Guru juga akan lebih mudah mengidentifikasi area yang membutuhkan perhatian khusus karena mereka melihat kemampuan siswa yang sebenarnya, bukan hasil dari kecurangan. Proses belajar akan menjadi eksplorasi yang jujar dan kolaboratif.

Kedua, budaya sekolah akan bertransformasi menjadi lingkungan yang penuh kepercayaan dan saling menghormati. Tidak akan ada lagi kekhawatiran tentang kecurangan, plagiarisme, atau perilaku tidak jujur lainnya. Siswa akan merasa aman untuk mengungkapkan ide-ide mereka, berpartisipasi aktif, dan mengambil risiko dalam pembelajaran tanpa takut dihakimi.

Hubungan antara siswa dan guru akan didasarkan pada rasa saling percaya. Disiplin akan terbentuk secara internal karena kesadaran akan pentingnya integritas, bukan karena ketakutan akan hukuman. Lingkungan ini akan menumbuhkan karakter siswa yang kuat, bertanggung jawab, dan memiliki etika yang tinggi, menyiapkan mereka untuk menjadi individu yang jujur dan berkontribusi positif bagi masyarakat di masa depan.

  1. Sikap Jujur Sebagai Pelajar SMPIT UQ

Sebagai pelajar SMPIT UQ, berikut beberapa sikap yang bisa saya lakukan untuk mencerminkan profil jujur:

Saya akan selalu berusaha mengerjakan setiap tugas dan ujian dengan kemampuan saya sendiri. Saya tidak akan menyontek, menggunakan bocoran, atau menjiplak pekerjaan orang lain. Jika saya tidak tahu jawabannya, saya akan mengakui ketidakpahaman saya dan mencoba mempelajarinya lebih lanjut.

Jika saya melakukan kesalahan, baik dalam pelajaran maupun dalam perilaku sehari-hari, saya akan berani mengakuinya. Saya tidak akan mencari alasan atau menyalahkan orang lain. Saya percaya bahwa mengakui kesalahan adalah langkah pertama untuk memperbaikinya.

Saya akan selalu berusaha untuk berbicara jujur dan menyampaikan informasi apa adanya, baik kepada guru maupun teman. Saya tidak akan berbohong, menyebarkan desas-desus, atau memanipulasi kebenaran untuk keuntungan pribadi.

Dalam mengerjakan tugas, proyek, atau presentasi, saya akan selalu menghormati dan menghargai karya intelektual orang lain. Saya akan mencantumkan sumber referensi jika menggunakan ide atau informasi dari luar, dan tidak akan mengklaimnya sebagai ide saya sendiri.

Jika saya menemukan barang milik teman atau siapapun di sekolah, saya akan segera mengembalikannya kepada pemiliknya atau menyerahkannya kepada guru atau petugas sekolah. Saya tidak akan mengambilnya atau menyembunyikannya.

Jika saya melihat tindakan tidak jujur yang merugikan orang lain atau merusak integritas sekolah, saya akan mempertimbangkan untuk melaporkannya kepada pihak yang berwenang, seperti guru atau kepala sekolah, dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Saya akan melakukannya untuk kebaikan bersama, bukan untuk mencari masalah atau menjatuhkan orang lain.

Kategori
Edukasi

Cerita Pengalaman dalam Menangani Masalah di Bidang Pembelajaran

Ceritakan salah satu pengalaman anda dalam menangani masalah di bidang pembelajaran, seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan penilaian, menghadapi siswa yang sulit, atau lainnya.

Uraian anda harus berdasarkan pengalaman pribadi yang nyata (bukan pengalaman orang lain) dan memerlukan penanganan khusus.

Pertanyaan diatas adalah soal mata kuliah di bidang Pendidikan atau Keguruan, khususnya pada sub-bidang Pedagogik, Psikologi Pendidikan, atau Manajemen Kelas.

Dasar pemberian soal ini adalah untuk menguji pemahaman dan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis serta menyelesaikan masalah nyata yang mungkin mereka hadapi dalam praktik mengajar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, hingga penanganan siswa.

Tujuannya agar mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan menerapkan teori-teori pendidikan dalam konteks praktis.

Harapan dari pemberian soal ini bagi mahasiswa adalah mereka mampu menunjukkan inisiatif, empati, dan kreativitas dalam menghadapi tantangan di lingkungan belajar, serta dapat merumuskan strategi penanganan yang efektif dan personal.

Berikut referensi jawabannya:

Saya pernah menghadapi seorang siswa di tingkat sekolah menengah yang menunjukkan motivasi belajar yang sangat rendah.

Siswa ini sering tidak mengerjakan tugas, pasif di kelas, dan nilai-nilainya terus menurun.

Situasi tersebut memerlukan penanganan khusus karena perilaku siswa mulai memengaruhi dinamika kelas secara keseluruhan.

Awalnya, saya mencoba pendekatan umum dengan memberinya dorongan dan mengingatkan tentang pentingnya belajar.

Akan tetapi, cara ini tidak memberikan hasil signifikan.

Saya menyadari bahwa saya perlu memahami akar masalahnya.

Saya kemudian menjadwalki pertemuan empat mata dengan siswa tersebut, di luar jam pelajaran.

Dalam pertemuan itu, saya berusaha menciptakan suasana yang nyaman dan tidak menghakimi.

Saya membiarkannya berbicara dan mendengarkan dengan saksama tanpa menyela.

Dari percakapan tersebut, saya menemukan bahwa siswa ini merasa kesulitan dengan materi pelajaran tertentu dan merasa tertinggal dari teman-temannya.

Perasaan tertinggal tersebut memunculkan rasa frustrasi dan akhirnya membuatnya kehilangan minat untuk berusaha.

Siswa juga mengungkapkan bahwa dia merasa kurang didukung di rumah dalam hal belajar.

Berdasarkan pemahaman baru tersebut, saya merancang beberapa strategi penanganan.

Pertama, saya mulai memberikan bimbingan individual untuk materi yang dirasakannya sulit.

Saya memecah materi menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna dan memberinya waktu ekstra untuk bertanya.

Kedua, saya mencoba melibatkan orang tuanya. Saya menghubungi orang tua siswa, menjelaskan situasinya, dan menyarankan beberapa cara agar mereka dapat memberikan dukungan lebih di rumah, seperti menciptakan waktu belajar yang teratur dan bertanya tentang kemajuan belajarnya.

Saya juga mencoba memberinya tanggung jawab kecil di kelas, seperti membantu teman yang kesulitan atau menjadi ketua kelompok dalam tugas tertentu, untuk membangun rasa percaya dirinya.

Perlahan tapi pasti, saya melihat perubahan positif pada siswa tersebut.

Nilainya mulai membaik, dia lebih aktif di kelas, dan yang terpenting, dia menunjukkan antusiasme yang lebih besar dalam belajar.

Kategori
Edukasi

Pengertian Budaya Lokal dan Implementasi Pendidikan Multikultural Berbasis Budaya Lokal

Jelaskan apa yang dimaksud budaya lokal, dan bagaimana implementasi pendidikan multikultural berbasis budaya lokal.

Pertanyaan ini adalah soal mata kuliah di bidang Pendidikan.

Pemberian soal mengenai budaya lokal dan implementasi pendidikan multikultural berbasis budaya lokal bertujuan untuk menguji pemahaman mahasiswa tentang konsep fundamental dalam pendidikan multikultural dan relevansinya dengan konteks budaya spesifik.

Diharapkan mahasiswa tidak hanya mampu menjelaskan definisi dan implementasi, tetapi juga dapat menganalisis pentingnya pelestarian budaya lokal melalui jalur pendidikan, serta mengembangkan pemikiran kritis tentang bagaimana keragaman budaya dapat menjadi kekuatan dalam membentuk karakter dan identitas peserta didik.

Berikut referensi jawabannya:

Budaya lokal adalah nilai-nilai, tradisi, adat istiadat, kepercayaan, bahasa, seni, dan cara hidup yang khas dan unik dimiliki oleh suatu komunitas atau kelompok masyarakat di wilayah geografis tertentu.

Budaya tersebut terbentuk melalui sejarah panjang, interaksi sosial, dan adaptasi terhadap lingkungan.

Kekayaan budaya lokal mencerminkan identitas suatu daerah dan menjadi warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Implementasi pendidikan multikultural berbasis budaya lokal melibatkan pengintegrasian nilai-nilai dan elemen-elemen budaya setempat ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran.

Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman, penghargaan, dan toleransi terhadap keragaman budaya yang ada.

Proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada materi pelajaran umum, tetapi juga memperkenalkan siswa pada kearifan lokal, cerita rakyat, seni tradisional, dan praktik-praktik adat yang relevan dengan komunitas mereka.

Dalam praktiknya, pendidikan multikultural berbasis budaya lokal dapat diwujudkan melalui berbagai cara.

Sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler yang memperkenalkan seni tari, musik, atau kerajinan tangan tradisional.

Guru bisa menggunakan studi kasus atau contoh yang berkaitan dengan konteks budaya lokal untuk menjelaskan konsep-konsep pelajaran.

Kemitraan dengan tokoh adat, seniman lokal, atau komunitas masyarakat juga dapat memperkaya pengalaman belajar siswa, memberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan praktik budaya yang otentik.

Pendidikan yang demikian juga mendorong siswa untuk menggali dan memahami akar budaya mereka sendiri, sekaligus membuka wawasan mereka terhadap budaya lain.

Pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan memiliki rasa kepemilikan terhadap warisan budaya mereka.

Kategori
Edukasi

Contoh Mandok Hata Sian Tulang sijalo Tintin Marangkup Lengkap dengan Umpasa

Tintin Marangkup adalah salah satu bagian acara di pesta pernikahan adat batak dimana pada sesi acara Tintin Marangkup ini pihak hasuhuton Parboru memberikan (Penyerahan) berupa piring yang berisikan uang bagian dari sinamot yang diterima dan beras kepada Tulang Paranak (Paman dari pengantin laki-laki) saudara laki-laki dari ibu pengantin pria.

Adapun makna yang terkandung dalam pemberian Tintin Marangkup adalah sebagai simbol wujud terima kasih kepada tulang dari pihak Hasuhuton Paranak, dan juga sebagai bentuk jalinan hubungan tali persaudaraan antara pihak Hasuhuton parboru dengan tulang pihak hasuhuton paranak.

Dalam sesi penyerahan Tintin Marangkup ini biasanya Tulang sijalo Tintin Marangkup mandok hata, yang terlebih dahulu diawali mandok hata dari pihak yang menyerahkan (Suhut Parboru).

Berikut adalah contoh mandok hata maralus sian tulang sijalo tintin marangkup mangalusi hata ni suhut parboru di tikki manjalo jambar tintin marangkup.

  1. Contoh Mandok Hata Sian Tulang sijalo Tintin Marangkup lengkap dengan Umpasa

Horas ma jala gabe, gabe ma jala horas..

Mauliate ma di Tuhan, mauliate ma nang di hamuna suhut parboru suang songoni dohot di hamu suhut paranak

Asa dohonon ma songon nidok ni natua tua
Tubu bona ni salak jonok tu bona ni pinasa
Hami ma antong tulang ni paranak, hamu ma na gabe hula hula

Dakka ni hau dulang, binahen panjomuran ni rere
Sai hot doi attong boru ni tulang, tung boru ni ise pe dialap bere

Dison nunga dipasahat hamu tu hami jambar tintin marangkup, asa dohonon ma songon nidok ni natua tua
Tandiang sian robean binahen tiang ni sopo
Horas jala gabe ma hamu na mangalean suang songoni ma hami na manjalo

Attong.. mamukka sian ulaonta sadariaon, sisada anak, sisada boru ma hita di ulaon ni pamoruonta on.

Asa dohonon ma
Uli do rura silindung molo tinatap sian batang toru
Hami ma i attong na gabe painundun hamu ma na gabe sipangintubu

Asa nuaing pe
Bulung namartampuk, bulung ni simarlasuna (daun bengkuang)
Nunga hujalo hami dison jambar tintin marangkup, dohonon ma tutu hata pasu pasuna

Tu hamu na dua pengantin, berekku dohot borukku
Napuran ni parsoburan ma, tu gambir ni sitapongan
Sai tong tong ma hamu nadua sauduran, jala masihaholongan

Di ginjang ma arirang, ditoru ma panggonggonan
Badanmuna ma naso jadi sirang tondimuna marsigonggoman

Giring giring ma gosta gosta tu boras ni sikkoru
Asa tibu ma hamu mangiring iring jala marompa ompa di anak dohot boru

On pe dohonokku ma tu hita saluhutna
Purba ma di habinsaran, di hasundutan ma angkola
Sai tong tong ma hita marhaposan jala marhaporusan tu Tuhan, asa sinur na pinahan tu gabena na niula

Sahat sahat ni solu, sahat tu bontean toho di rondang ni bulan
Sai leleng ma hita mangolu, sahat tu parhorasan, sahat tu panggabean jala sai tong tong di ramoti Tuhan.

Songonima hata sian hami tulang sijalo jambar tintin marangkup.

Horas ma jala gabe.

  1. Contoh Mandok Hata Sian Tulang sijalo Tintin Marangkup Singkat, Padat dan Jelas

Mauliate ma di Tuhanta, mauliate nang di parsaoranta di ulaonta di bagasan sadarion.

Lassongonima dihamu anggi parhundulnami rajai Nainggolan,

Sangap do hami di bahen hamu songon haha parhundul muna marhite jambar juhut dohot sinamot na gok i.

Godang otik tutu sinamot ni boruttta di pardua hamudo tuhami songon tanda, naung sisadaboru hita mulai sian ulaonta sadarion .

Bere nami naung gabe hela muna,
Boru muna naung gabe boru nami.

Molo adong ulaon di tonga-tonga berenami ima helamunaon,
Molo hamu di jolo, hami ma dipudi,
Molo hami di jolo, hamuma di pudi,

Rap mangulahon mahita diakha ulaon lasniroha, dohot ulaon na marragam i.

Dison nunga dipasahat hamu tu hami jambar tintin marangkup. Attong dohonon ma hata pasu pasuna.

Tu hamu na dua pengantin, berekku dohot borukku:

Tung boru ni ise pe di alap bere, sai tong doi boru ni tulang. Tubuan anak ma hamu-tubuan boru, donganmu ma i tangkas sahat tu saur matua. Jala, leleng ma hamu mangolu tumpahon ni Debata Jahowa.

Horas ma jala gabe.

Itulah contoh mandok hata sian Tulang sijalo Tintin Marangkup. Saya sendiri lebih memilih versi singkat, padat dan jelas agar isi pesan yang terkandung dalam kata-kata itu dapat dengan mudah di pahami dan dimengerti oleh banyak orang.

Kategori
Edukasi

Guru sebagai Teladan Berbasis Empathy, Mindfulness, Compassion, dan Critical Inquiry

Anda telah mengetahui bahwa penting bagi Guru untuk menjadi teladan. Mari mencoba membuat rencana pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran Sosial Emosional, yang berbasis Empathy, Mindfulness, Compassion, Critical Inquiry!

Ketik Refleksi Anda di sini (min. 50 karakter)

Pertanyaan diatas adalah soal Cerita Reflektif, Modul 2 PSE PPG yang berfokus pada Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional dalam konteks Guru sebagai teladan.

Dasar pemberian soal ini adalah keyakinan bahwa kompetensi sosial emosional (KSE) tidak dapat diajarkan secara efektif jika hanya dianggap sebagai materi pelajaran biasa.

Landasannya adalah prinsip “keteladanan” atau modeling, salah satu teori belajar sosial paling kuat, yang menyatakan bahwa individu, terutama anak-anak dan remaja, belajar secara signifikan melalui observasi dan peniruan perilaku, sikap, dan reaksi emosional orang lain.

Dalam konteks ini, guru adalah model utama di lingkungan sekolah.

Oleh karena itu, sebelum seorang calon guru dapat merancang pembelajaran KSE untuk muridnya, ia harus terlebih dahulu bergulat dengan konsep-konsep tersebut dalam dirinya sendiri dan merefleksikan bagaimana ia akan mewujudkannya dalam praktik mengajarnya.

Tujuan dari pemberian soal ini bersifat multifaset dan berorientasi pada pengembangan profesional calon guru.

Pertama, tujuannya adalah untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Mahasiswa PPG telah mempelajari konsep Empati, Mindfulness, Compassion, dan Critical Inquiry secara teoretis.

Soal ini menantang mereka untuk menerjemahkan konsep-konsep abstrak tersebut menjadi sebuah rencana aksi yang konkret dan dapat diterapkan di dalam kelas.

Kedua, tujuan penting lainnya adalah untuk mendorong internalisasi nilai.

Dengan meminta mahasiswa mengaitkan rencana pembelajaran dengan perannya sebagai teladan, soal ini secara implisit meminta mereka untuk bertanya pada diri sendiri: “Sudahkah saya memiliki empati? Bagaimana saya akan menunjukkan welas asih di depan murid? Bagaimana saya mempraktikkan kesadaran penuh saat mengajar?”.

Proses ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran diri (self-awareness) dan manajemen diri (self-management), yang merupakan inti dari kompetensi sosial emosional seorang pendidik.

Harapan jangka panjang dari pemberian soal reflektif ini adalah untuk membentuk calon guru yang otentik dan transformatif. Harapannya adalah mahasiswa tidak hanya menjadi “pengajar” KSE, tetapi menjadi “praktisi” KSE yang sejati.

Guru yang telah melalui proses refleksi mendalam seperti ini diharapkan akan lebih mampu membangun budaya kelas yang positif, aman, dan inklusif.

Mereka diharapkan tidak hanya melihat perilaku murid dari permukaan, tetapi mampu menggunakan empati dan penyelidikan kritis untuk memahami kebutuhan yang mendasarinya.

Harapan terbesarnya adalah para lulusan PPG ini akan menjadi agen perubahan yang dapat mencetak generasi penerus yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional, berkarakter kuat, dan peduli terhadap sesama, yang semuanya dimulai dari keteladanan yang mereka tunjukkan setiap hari di ruang kelas.

Berikut referensi jawabannya.

Menyadari peran sebagai teladan bagi murid merupakan panggilan mendasar bagi seorang pendidik.

Peran tersebut melampaui sekadar penyampaian materi akademis; ia mencakup pembentukan karakter dan kecerdasan emosional.

Saat merenungkan hal ini, saya terpikir untuk merancang sebuah rencana pembelajaran yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga secara sadar menumbuhkan kompetensi sosial emosional.

Rencana ini akan menjadi cerminan dari nilai-nilai yang ingin saya tanamkan, di mana saya sebagai guru harus menjadi perwujudan pertama dari empati, kesadaran penuh, welas asih, dan pemikiran kritis yang saya ajarkan.

Untuk membangun kerangka kerja yang kokoh, saya akan mendasarkan rencana pembelajaran pada empat pilar utama: Empati, Mindfulness, Compassion, dan Critical Inquiry.

Empati menjadi fondasi untuk memahami sudut pandang dan perasaan orang lain.

Mindfulness atau kesadaran penuh berfungsi sebagai jangkar, melatih murid dan saya sendiri untuk hadir sepenuhnya pada momen saat ini, mengelola pikiran dan emosi dengan lebih baik.

Kemudian, Compassion atau welas asih menjadi langkah selanjutnya dari empati, yaitu keinginan tulus untuk menolong dan meringankan penderitaan orang lain.

Terakhir, Critical Inquiry atau penyelidikan kritis akan menjadi alat untuk membongkar asumsi, menganalisis informasi secara mendalam, dan memahami sebuah situasi dari berbagai perspektif secara objektif.

Rencana pembelajaran yang saya rancang akan berpusat pada sebuah studi kasus atau teks naratif yang relevan dengan kehidupan murid, misalnya sebuah cerita pendek tentang persahabatan, konflik, atau isu sosial di sekitar mereka.

Pembelajaran akan saya mulai dengan sesi Mindfulness. Saya akan memandu murid melakukan teknik pernapasan sederhana, seperti teknik STOP (Stop, Take a breath, Observe, Proceed), untuk membantu mereka menjadi lebih tenang, fokus, dan siap menerima pelajaran.

Dalam momen ini, saya pun ikut melakukannya, menunjukkan bahwa mengelola diri adalah praktik yang penting untuk semua orang, termasuk guru.

Setelah suasana kelas menjadi lebih sadar dan tenang, kami akan masuk ke tahap Critical Inquiry.

Saya akan menyajikan materi (misalnya, cerita pendek tersebut) dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang mendorong penyelidikan kritis.

Pertanyaan yang diajukan bukanlah sekadar “apa yang terjadi?”, melainkan “mengapa tokoh tersebut bertindak demikian?”, “apa keyakinan atau asumsi yang mendasari tindakannya?”, dan “alternatif apa yang sebetulnya ia miliki?”.

Selama diskusi, saya akan memodelkan cara bertanya dengan rasa ingin tahu yang tulus, bukan untuk menghakimi, serta mendengarkan setiap jawaban murid dengan saksama.

Selanjutnya, kegiatan akan beralih untuk mengasah empati. Murid akan saya ajak untuk melakukan kegiatan “masuk ke dalam sepatu orang lain” (walking in their shoes).

Mereka bisa diminta untuk menulis ulang satu bagian cerita dari sudut pandang tokoh yang berbeda, atau melakukan permainan peran singkat untuk merasakan dilema yang dihadapi tokoh.

Tugas saya sebagai fasilitator adalah menciptakan ruang yang aman secara psikologis, di mana setiap murid merasa nyaman untuk berbagi interpretasi dan perasaannya tanpa takut diejek atau disalahkan.

Saya akan secara aktif memvalidasi emosi yang muncul, misalnya dengan berkata, “Saya bisa memahami mengapa kamu merasa marah pada tokoh itu.”

Puncak dari pembelajaran ini adalah menumbuhkan Compassion atau welas asih.

Setelah memahami situasi melalui penyelidikan kritis dan merasakan dampaknya melalui empati, pertanyaan selanjutnya adalah, “Lalu, apa yang bisa kita lakukan?”.

Dalam kelompok kecil, murid akan berdiskusi tentang tindakan nyata yang didasari welas asih yang bisa dilakukan jika mereka menghadapi situasi serupa dalam kehidupan nyata.

Mungkin bentuknya adalah gagasan untuk mendukung teman yang sedang kesulitan, atau merancang kampanye kecil anti-perundungan di kelas.

Tindakan ini mengubah pemahaman dan perasaan menjadi sebuah aksi positif yang bertujuan membantu orang lain.

Sepanjang proses pembelajaran ini, posisi saya sebagai guru adalah menjadi fasilitator sekaligus teladan yang hidup.

Saya menunjukkan Mindfulness dengan tetap tenang saat menghadapi dinamika kelas.

Saya mempraktikkan Critical Inquiry dengan tidak langsung memberikan jawaban, melainkan membimbing murid untuk menemukan jawabannya sendiri.

Saya menunjukkan empati dengan mendengarkan secara aktif dan mengakui perasaan mereka.

Terakhir, saya memodelkan Compassion dengan menunjukkan kepedulian tulus terhadap kesejahteraan setiap murid di kelas.

Merancang dan merefleksikan rencana pembelajaran semacam ini memperkuat keyakinan saya bahwa mengintegrasikan Pembelajaran Sosial Emosional bukanlah sebuah beban tambahan.

Sebaliknya, hal tersebut adalah jiwa dari proses pendidikan itu sendiri.

Sebuah pelajaran yang dirancang dengan pilar-pilar ini tidak hanya akan menghasilkan murid yang cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang lebih sadar diri, peduli terhadap sesama, dan mampu berpikir mendalam.

Pada akhirnya, inilah wujud nyata dari peran guru sebagai teladan: membangun generasi yang utuh, baik secara intelektual maupun emosional.

Kategori
Edukasi

Cara Menghitung Kiriman Uang Asing Nona Kartini US Dolar Yen ke Rupiah

Nona Kartini bulan yang lalu mendapat kiriman uang dari kakaknya yang bekerja di Amerika Serikat sebesar US$1,200 dan kiriman pamannya yang bekerja di Jepang sebesar ¥100.000. Kurs jual pada saat itu US$1 = Rp 13.750,00 dan ¥1 = Rp109,64; sedangkan kurs beli US$1 = Rp 13.500,00 dan ¥1 = Rp106,36. Berapa rupiah uang yang diterima Nona Kartini?

Soal ini berkaitan erat dengan mata kuliah di bidang Ekonomi atau Bisnis, khususnya pada bagian yang membahas Keuangan Internasional atau Manajemen Keuangan.

Pemberian soal ini bertujuan untuk menguji pemahaman mahasiswa tentang konsep dasar konversi mata uang asing dan aplikasi kurs jual-beli dalam transaksi nyata.

Harapannya, mahasiswa dapat mengidentifikasi kurs yang relevan untuk situasi tertentu (dalam hal ini, kurs beli karena menerima uang) dan mampu melakukan perhitungan dengan akurat, sehingga mereka memiliki keterampilan praktis yang krusial dalam dunia ekonomi dan bisnis internasional, baik untuk kebutuhan pribadi maupun profesional di masa depan.

Berikut referensi jawabannya:

Nona Kartini menerima dua kiriman uang dari luar negeri bulan lalu. Kiriman pertama datang dari kakaknya di Amerika Serikat sebesar US$1,200.

Kiriman kedua berasal dari pamannya di Jepang sebesar ¥100,000. Untuk mengetahui total uang yang diterima Nona Kartini dalam Rupiah, kita perlu mengkonversi kedua mata uang asing tersebut.

Saat mengkonversi mata uang asing yang diterima dari luar negeri menjadi mata uang lokal (Rupiah dalam kasus ini), kita menggunakan kurs beli.

Kurs beli adalah harga di mana bank atau penukaran uang membeli mata uang asing dari Anda. Pada saat itu, kurs beli untuk US$1 adalah Rp 13.500,00 dan untuk ¥1 adalah Rp 106,36.

Mari kita hitung konversi untuk setiap kiriman. Untuk kiriman dari Amerika Serikat, US$1,200 dikalikan dengan kurs beli Rp 13.500,00 per dolar menghasilkan sejumlah Rp 16.200.000.

Selanjutnya, untuk kiriman dari Jepang, ¥100,000 dikalikan dengan kurs beli Rp 106,36 per Yen menghasilkan sejumlah Rp 10.636.000.

Dengan demikian, total uang Rupiah yang diterima Nona Kartini adalah jumlah dari kedua konversi tersebut. Jumlahkan Rp 16.200.000 dari kiriman Amerika Serikat dengan Rp 10.636.000 dari kiriman Jepang.

Jadi, Nona Kartini menerima Rp 26.836.000.