Agar siswa dapat memahami maksud dari mengubah situasi ke dalam bentuk aljabar, Bu Vera melakukan pembelajaran berbasis konteks.
Terkait dengan konsep variabel, ada siswa yang tidak paham, paham sebagian, dan ada yang sudah sangat paham.
Pembelajaran terdiferensiasi yang nyaman bagi peserta didik berikut yang paling tepat dilakukan Bu Vera adalah?
A. Mengajarkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, yaitu kelompok siswa yang tidak paham, paham sebagian, dan yang sudah sangat paham, diajarkan sendiri-sendiri dengan materi ajar yang berbeda.
B. Mengajarkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, yaitu kelompok siswa yang tidak paham dan paham Sebagian diajarkan sendiri dan yang sudah sangat paham diajarkan sendiri dengan materi ajar yang berbeda.
C. Mengelompokkan siswa dengan 4-5 anggota secara heterogen, dengan menyiapkan materi yang lebih rinci dan jelas untuk dipelajari siswa yang membutuhkan, sebelum mempelajari materi ajar yang sama.
D. Mengelompokkan siswa dengan 4-5 anggota secara heterogen kemampuan kognitifnya, dengan materi ajar berupa LKPD yang sama.
E. Mengelompokkan siswa secara heterogen kemampuan kognitifnya, dengan diberi materi ajar yang sama tetapi instrumen penilaitannya berbeda sesuai tingkat perkembangan kognitifnya.
Jawaban:
Jawaban yang paling tepat adalah C. Mengelompokkan siswa dengan 4-5 anggota secara heterogen, dengan menyiapkan materi yang lebih rinci dan jelas untuk dipelajari siswa yang membutuhkan, sebelum mempelajari materi ajar yang sama.
Pilihan ini merupakan implementasi pembelajaran terdiferensiasi yang paling efektif dan nyaman bagi seluruh siswa dalam konteks yang diberikan.
Pendekatan ini menyeimbangkan antara kebutuhan individu siswa dengan kebutuhan untuk belajar bersama dalam sebuah komunitas kelas.
Pembelajaran tidak memisahkan siswa secara permanen, melainkan memberikan dukungan tambahan sesuai kebutuhan di dalam sebuah kerangka kerja yang kolaboratif.
Alasan Pilihan C Adalah yang Terbaik:
Pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 anggota memungkinkan terjadinya interaksi positif antar siswa dengan tingkat pemahaman yang berbeda.
Siswa yang sudah sangat paham dapat memperkuat pemahamannya dengan mencoba menjelaskan konsep variabel kepada temannya.
Di sisi lain, siswa yang belum paham atau baru paham sebagian mendapatkan kesempatan untuk belajar dari teman sebayanya dalam suasana yang lebih santai dan tidak mengintimidasi.
Proses ini dikenal sebagai peer tutoring atau tutor sebaya, yang terbukti sangat efektif dalam pembelajaran.
Tindakan Bu Vera menyiapkan “materi yang lebih rinci dan jelas” untuk siswa yang membutuhkan adalah inti dari diferensiasi proses dan konten.
Materi tambahan ini berfungsi sebagai scaffolding atau penyangga belajar. Materi tersebut bisa berupa lembar kerja dengan contoh yang lebih banyak, panduan langkah-demi-langkah, atau video singkat yang menguraikan konsep variabel secara visual.
Setelah mempelajari materi pendukung ini, siswa tersebut kemudian bergabung dengan kelompoknya untuk mengerjakan materi ajar inti yang sama dengan siswa lainnya.
Dengan cara ini, semua siswa tetap memiliki tujuan pembelajaran yang sama, namun dengan jalur dukungan yang berbeda untuk mencapainya.
Pilihan A dan B kurang tepat karena melakukan pengelompokan berdasarkan kemampuan kognitif (kelompok homogen) secara terpisah.
Meskipun tujuannya baik, yaitu memberikan pengajaran yang sesuai, pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan signifikan.
Pengelompokan seperti ini berisiko menimbulkan pelabelan (stigma) pada siswa di kelompok “tidak paham”, yang dapat menurunkan motivasi dan kepercayaan diri mereka.
Selain itu, cara ini menghilangkan kesempatan berharga bagi siswa untuk belajar dari teman sebayanya yang lebih mampu.
Pilihan D juga kurang ideal. Walaupun sudah menerapkan kelompok heterogen yang baik untuk kolaborasi, pemberian materi ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang sama persis untuk semua anggota kelompok tidak mengatasi akar masalah.
Siswa yang dari awal tidak paham konsep variabel akan tetap kesulitan mengerjakan LKPD tersebut tanpa adanya dukungan atau materi tambahan yang disesuaikan.
Hal ini dapat menyebabkan frustrasi pada sebagian siswa dan kebosanan pada siswa yang sudah sangat paham karena harus menunggu temannya.
Pilihan E menawarkan diferensiasi pada aspek penilaian (produk), bukan pada proses pembelajaran itu sendiri.
Memberikan instrumen penilaian yang berbeda memang merupakan salah satu strategi diferensiasi.
Akan tetapi, strategi ini tidak menyelesaikan masalah utama, yaitu adanya siswa yang belum memahami konsep dasar saat proses pembelajaran berlangsung.
Diferensiasi seharusnya terjadi pada saat siswa belajar dan berproses, bukan hanya pada saat hasil akhirnya dinilai.
Memberi penilaian yang lebih mudah kepada siswa yang kesulitan tidak akan membantu mereka untuk benar-benar memahami materi.
Jadi, pilihan C menawarkan solusi yang paling lengkap. Pendekatan ini menciptakan lingkungan belajar yang inklusif melalui kelompok heterogen, sekaligus memberikan dukungan yang ditargetkan melalui materi tambahan bagi siswa yang memerlukannya, sehingga proses pembelajaran menjadi nyaman dan efektif bagi semua tingkatan pemahaman siswa di kelas Bu Vera.