Memahami Asbabun Nuzul atau sebab-sebab turunnya suatu ayat Al-Qur’an adalah kunci untuk menangkap makna dan konteksnya secara utuh.
Terkadang, suatu ayat turun tanpa sebab khusus yang jelas, namun di lain waktu, ia datang sebagai respons terhadap peristiwa atau pertanyaan tertentu.
Artikel ini akan membahas secara mendalam Asbabun Nuzul Q.S. al-Maidah/5: 48, termasuk penjelasannya yang lebih spesifik, dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X yang ditulis oleh Ahmad Tauik dan Nurwastuti Setyowati.
Terjemahan Q.S. al-Maidah/5: 48
Sebelum masuk ke detail asbabun nuzul, mari kita pahami kembali terjemahan ayat Q.S. al-Maidah/5: 48:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
Ayat ini secara gamblang menjelaskan posisi Al-Qur’an sebagai penjelas kebenaran yang menguatkan sekaligus menjaga kitab-kitab terdahulu.
Ia juga menekankan pentingnya memutuskan perkara sesuai hukum Allah dan mengajak seluruh umat untuk berlomba dalam kebaikan.
Penjelasan Asbabun Nuzul Q.S. al-Maidah/5: 48
Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X karya Ahmad Tauik dan Nurwastuti Setyowati, dijelaskan bahwa pada awalnya tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya Q.S. al-Maidah/5: 48.
Ini menunjukkan bahwa pesan inti ayat ini, yaitu tentang keagungan Al-Qur’an dan kewajiban berhukum padanya, bersifat universal dan penting bagi seluruh umat Islam.
Namun, ada detail penting lainnya yang melengkapi pemahaman kita. Sumber yang sama menambahkan penjelasan dari Ibnu Abbas.
Beliau menerangkan bahwa surat al-Maidah/5: 48 ini turun berkenaan dengan peristiwa ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang meminta keputusan kepada Rasulullah Saw. atas persoalan yang sedang mereka hadapi.
Pada awalnya, Nabi Muhammad Saw. dihadapkan pada dua pilihan: memutuskan persoalan mereka sesuai syariat Islam, atau membiarkan mereka mencari solusi di dalam kitab mereka masing-masing (Taurat atau Injil).
Dalam situasi ini, Allah Swt. menurunkan ayat Q.S. al-Maidah/5: 48 sebagai petunjuk yang jelas bagi Nabi Saw. Ayat ini memerintahkan Nabi untuk memutuskan perkara mereka menurut apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Qur’an, dan tidak mengikuti keinginan atau pandangan ahli kitab yang mungkin bertentangan dengan kebenaran ilahi.
Ini menegaskan bahwa syariat Islam, sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an, adalah hukum tertinggi yang berlaku bagi semua.
Q.S. al-Maidah Sebuah Surat Madaniyah dan Turunnya Wahyu yang Agung
Penting juga untuk diketahui bahwa Surat al-Maidah termasuk golongan surat Madaniyah.
Artinya, surat ini diturunkan setelah peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw. dari Mekkah ke Madinah.
Periode Madaniyah adalah masa di mana masyarakat Islam mulai terbentuk, hukum-hukum syariat banyak diturunkan, dan tatanan sosial diatur.
Dalam konteks ini, perintah untuk berhukum dengan apa yang diturunkan Allah menjadi sangat relevan dalam membangun masyarakat yang adil dan berpegang teguh pada syariat.
Selain itu, menurut riwayat Imam Ahmad, surat ini turun saat Nabi Muhammad Saw. sedang menunggang unta.
Momen turunnya wahyu ini begitu dahsyat hingga bagian paha unta tersebut hampir saja patah karena sangat beratnya wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.
Peristiwa ini bukan sebab turunnya ayat secara langsung, melainkan gambaran dramatis tentang betapa agungnya dan beratnya proses penerimaan setiap wahyu dari Allah Swt. kepada Rasul-Nya.
Hal ini menunjukkan betapa besar perhatian dan kekuatan yang terlibat dalam penyampaian firman Allah, termasuk ayat Q.S. al-Maidah/5: 48 yang memberikan panduan penting bagi umat.
Dengan penjelasan asbabun nuzul ini, kita dapat melihat bahwa Q.S. al-Maidah/5: 48 memiliki pesan yang sangat relevan.
Ayat ini bukan hanya instruksi khusus bagi Nabi Muhammad Saw. dalam menghadapi ahli kitab, tetapi juga menjadi prinsip universal bagi seluruh umat Islam untuk senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan.
Perintah untuk “berlomba-lomba berbuat kebajikan” dalam ayat ini juga menjadi pengingat bahwa meskipun ada perbedaan di antara umat, fokus utama haruslah pada kebaikan dan ketaatan kepada Allah.