Menjelaskan karya seni Rendra unik, namun sekolah memiliki tanggung jawab untuk menjaga etika dan norma sehingga meminta Rendra untuk membuat presentasi lisan menjelaskan makna karya di depan anda.
Bu Nia adalah guru Biologi kelas XI yang selalu berusaha menciptakan suasana kelas yang positif dan inklusif.
Suatu hari, ia mengamati Riko, seorang siswa sering terlihat ragu untuk berbicara dalam diskusi kelas dan tampak cemas setiap kali harus menyampaikan pendapatnya.
Ketika diberi kesempatan berbicara, Riko sering menunduk dan memberikan jawaban pendek tanpa ekspresi.
Teman-temannya mulai kehilangan kesabaran dan terkadang mengabaikan keberadaannya dalam aktivitas kelompok.
Sebagai seorang guru, bagaimana sebaiknya Bu Nia menangani situasi ini?
Berikut referensi jawabannya:
Menjelaskan Karya Seni Rendra
Pertama, mari kita bahas tentang Rendra dan karya seninya.
Rendra dikenal sebagai penyair dan dramawan Indonesia yang karyanya seringkali unik, provokatif, dan kaya makna.
Ia kerap menggunakan simbolisme, metafora, dan gaya bahasa yang kuat untuk menyampaikan kritik sosial, refleksi filosofis, atau pandangan tentang kemanusiaan.
Presentasi lisan yang diminta sekolah dari Rendra kemungkinan besar bertujuan agar ia dapat menguraikan interpretasi di balik karyanya, memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan sejalan dengan nilai-nilai etika dan norma yang dipegang sekolah, atau setidaknya, dapat dijelaskan dengan konteks yang tepat.
Rendra memiliki kesempatan untuk menjelaskan kedalaman pemikirannya dan bagaimana seni dapat menjadi medium ekspresi yang bertanggung jawab.
Pendekatan Bu Nia Menangani Kecemasan Berbicara Riko
Kemudian, mari kita bicarakan tentang Bu Nia dan Riko.
Sebagai guru Biologi yang peduli, Bu Nia bisa mengambil beberapa langkah untuk membantu Riko mengatasi kecemasannya dalam berbicara di kelas.
Langkah awal adalah membangun kepercayaan dan rasa aman bagi Riko. Bu Nia dapat berbicara dengan Riko secara pribadi, mungkin setelah jam pelajaran atau saat istirahat, untuk menyatakan keprihatinannya dan menawarkan dukungan.
Ia bisa memulai dengan mengatakan bahwa ia telah memperhatikan Riko dan ingin memastikan ia merasa nyaman di kelas.
Penting untuk menekankan bahwa Riko tidak sendiri dan banyak orang mengalami hal serupa.
Selanjutnya, Bu Nia dapat menciptakan lingkungan kelas yang lebih inklusif dan mendukung.
Ia bisa memulai dengan menerapkan aturan dasar di kelas yang menekankan rasa hormat dan mendengarkan.
Misalnya, mendorong siswa untuk memberikan tanggapan yang konstruktif dan menghindari interupsi atau ejekan.
Bu Nia juga bisa memberikan kesempatan berbicara yang lebih terstruktur dan tidak mengancam bagi Riko.
Daripada langsung memintanya berbicara di depan kelas, ia bisa memulai dengan kegiatan diskusi kelompok kecil dengan peran yang jelas.
Riko bisa diberi tugas sebagai pencatat atau juru bicara kelompok yang hanya menyampaikan rangkuman, bukan ide orisinal yang berisiko dihakimi.
Memberikan umpan balik yang positif dan spesifik juga akan sangat membantu.
Ketika Riko berbicara, meskipun hanya singkat, Bu Nia harus segera memberikan pujian atas usahanya, tidak hanya pada isi ucapannya.
Misalnya, ia bisa berkata, “Terima kasih, Riko, sudah berani menyampaikan pendapatmu.
Itu awal yang bagus.” Bu Nia juga bisa memberikan strategi praktis kepada Riko untuk mengatasi kecemasannya, seperti menyarankan Riko untuk mempersiapkan poin-poin singkat sebelum berbicara atau berlatih di rumah.
Untuk mendorong partisipasi teman-teman sekelas, Bu Nia bisa mengadakan sesi kesadaran empati di mana siswa diajak untuk memahami berbagai gaya komunikasi dan pentingnya saling mendukung dalam diskusi.
Menegaskan kembali nilai-nilai kerja sama dan rasa hormat di kelas akan membantu menciptakan suasana di mana semua siswa merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi.