Kategori
Edukasi

Cara Mengidentifikasi Emosi Diri dan Menjaga Relasi dalam Penerapan CASEL

Sebagai pendidik, saya mengidentifikasi emosi diri dengan melakukan jeda sejenak untuk refleksi internal, dan menjaga relasi dengan mempraktikkan empati serta mendengarkan aktif agar penerapan CASEL dapat berjalan efektif.

Bapak dan ibu guru sebelum mengajar, bagaimanakah cara Anda mengidentifikasi emosi diri dan menjaga relasi dengan orang lain sehingga penerapan CASEL dapat dilaksanakan dengan baik?

Jawaban:

Untuk dapat menerapkan pembelajaran sosial-emosional secara efektif, persiapan utama dimulai dari dalam diri saya sebagai pendidik.

Saya memandang proses mengidentifikasi emosi diri dan menjaga relasi sebagai dua pilar yang saling mendukung.

Proses ini saya lakukan secara sadar dan rutin, terutama sebelum memulai interaksi belajar-mengajar di kelas.

Mengidentifikasi Emosi Diri

Sebelum memasuki ruang kelas, saya membiasakan diri untuk mengambil jeda sejenak, sekitar satu hingga dua menit.

Waktu singkat ini saya gunakan untuk melakukan “pemeriksaan internal”.

Saya menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan pikiran dan tubuh.

Kemudian, saya bertanya pada diri sendiri, “Apa yang sedang saya rasakan saat ini?”.

Jawaban atas pertanyaan ini membantu saya mengenali dan memberi nama pada emosi yang ada, entah itu antusiasme, kelelahan, kekhawatiran karena urusan pribadi, atau kegembiraan menyambut hari baru.

Dengan mengenali secara spesifik kondisi emosi tersebut, saya mendapatkan kesadaran diri (Self-Awareness) yang menjadi kompetensi pertama dalam CASEL.

Mengenali emosi membuat saya dapat mengelolanya dengan lebih baik (Self-Management).

Sebagai contoh, jika saya menyadari sedang merasa lelah atau sedikit tertekan, saya akan membuat keputusan sadar untuk lebih sabar, berbicara dengan intonasi yang lebih lembut, dan tidak mudah terpancing oleh perilaku siswa yang mungkin menantang.

Langkah ini mencegah emosi pribadi saya “tumpah” dan memengaruhi atmosfer kelas secara negatif.

Menjaga Relasi

Setelah mengelola diri sendiri, fokus saya beralih pada orang lain, yaitu siswa dan rekan guru.

Untuk menjaga relasi yang positif, saya mempraktikkan mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati.

Saat berinteraksi, saya berusaha untuk benar-benar memahami sudut pandang mereka, bukan sekadar menunggu giliran berbicara.

Contohnya, saat menyapa siswa di depan pintu kelas, saya tidak hanya mengucapkan “Selamat pagi,” tetapi juga memperhatikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka untuk menangkap petunjuk mengenai perasaan mereka hari itu.

Tindakan sederhana seperti menanyakan kabar dengan tulus atau memberikan apresiasi atas usaha sekecil apa pun merupakan cara saya membangun hubungan (Relationship Skills).

Praktik ini juga mengasah kepedulian sosial saya (Social Awareness), karena saya menjadi lebih peka terhadap dinamika emosi dan sosial yang terjadi di sekitar.

Hubungan yang kuat dan positif menciptakan rasa aman secara psikologis, sebuah syarat agar siswa berani berekspresi, bertanya, dan belajar dari kesalahan.

Kesadaran diri yang terkelola dan relasi yang terjaga baik menjadi landasan bagi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (Responsible Decision-Making).

Ketika saya tenang dan terhubung baik dengan siswa, saya dapat membuat keputusan instruksional dan disipliner yang lebih adil, konstruktif, dan mendukung perkembangan mereka secara utuh, sesuai dengan semangat CASEL.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *