Meskipun pemahaman konseptual tentang school well-being sudah diperoleh, masih ada kebutuhan mendalam untuk mendiskusikan implementasi praktisnya, termasuk diferensiasi, evaluasi, integrasi dalam kurikulum, dan batasan peran guru, dengan rekan sejawat atau tenaga ahli.
Kategori: Edukasi
Kolaborasi dari seluruh elemen sekolah sangat penting untuk menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan karena kolaborasi tersebut menjadi fondasi kuat yang menumbuhkan rasa aman, dukungan, kepercayaan, dan sinergi dalam membentuk karakter serta mengembangkan potensi siswa secara optimal.
Untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan, seorang guru perlu memperhatikan dimensi keamanan psikologis dan fisik, membangun hubungan dan koneksi positif, merancang pengalaman belajar yang bermakna, menumbuhkan rasa memiliki dan otonomi siswa, serta membangun budaya apresiasi dan pola pikir bertumbuh.
Upaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sejahtera dimulai dari pendidik yang membangun hubungan positif dengan murid, merancang suasana kelas yang inklusif, memberdayakan suara murid, berkolaborasi dengan rekan sejawat dan orang tua, serta mengintegrasikan aspek kesejahteraan dalam proses pembelajaran.
Saya merasa perlu mendiskusikan lebih lanjut mengenai perancangan asesmen otentik, peran guru sebagai fasilitator, adaptasi experiential learning dalam keterbatasan sarana, dan pengelolaan dinamika kelompok dengan rekan guru atau narasumber lain untuk mempertajam pemahaman saya.
Program “PRO-AKTIF” dirancang untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan lingkungan sekolah yang positif melalui pembelajaran berbasis pengalaman, kolaborasi inovatif, dan apresiasi terhadap proses belajar.
Guru dapat mengakomodasi peserta didik dengan gaya belajar yang beragam melalui pembelajaran berdiferensiasi dan menyediakan materi dalam berbagai format—visual, auditori, membaca/menulis, dan kinestetik—serta mendorong aktivitas yang sesuai dengan preferensi masing-masing.
Untuk merancang pengalaman belajar yang bermakna dan efektif, kita perlu memahami gaya belajar unik setiap peserta didik, seperti visual, auditori, atau kinestetik, melalui observasi, diskusi, dan variasi metode pengajaran.
Sebagai seorang guru, saya sering merenungkan bagaimana cara membuat materi pembelajaran tidak hanya dihafal, tetapi benar-benar dipahami dan dirasakan relevansinya oleh peserta didik.
Saya akan berkolaborasi dengan guru, teman sejawat, orang tua, dan narasumber lain untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai experiential learning, serta menyusun langkah-langkah kolaboratif yang terencana.