Ayat Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 105 adalah perintah untuk bekerja.
Ayat ini mendorong setiap Muslim untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, sadar bahwa setiap perbuatan, baik yang terlihat maupun tidak, akan dinilai oleh Allah SWT.
Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X yang disusun oleh Ahmad Taufik dan Nurwastuti Setyowati, Bab 1 Meraih Kesuksesan dengan Kompetisi dalam Kebaikan dan Etos Kerja, ayat Q.S. At-Taubah ayat 105 diterjemahkan sebagai berikut:
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Pesan dari ayat ini adalah bahwa bekerja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan materi serta bentuk ibadah dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT.
Frasa “Bekerjalah kamu” adalah perintah langsung dari Allah SWT. Bahwa bekerja adalah kewajiban, bukan hanya pilihan.
Dalam konteks Islam, bekerja diartikan sebagai segala usaha produktif yang halal dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Ungkapan “maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin” menegaskan bahwa setiap tindakan kita tidak pernah luput dari pengawasan.
Allah SWT adalah pengawas, dan Rasulullah SAW serta orang-orang beriman juga menjadi saksi atas usaha kita.
Kesadaran akan pengawasan ini seharusnya memotivasi kita untuk selalu bekerja secara profesional, jujur, dan ikhlas.
Bagian “dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” adalah inti dari konsep pertanggungjawaban.
Semua perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, yang mengetahui segala sesuatu yang tampak maupun tersembunyi.
Hal ini mengingatkan kita untuk selalu memprioritaskan kualitas dan kebermanfaatan dalam setiap pekerjaan, sebab itulah yang akan menjadi bekal kita di akhirat.
Ayat ini sangat relevan dengan konsep kompetisi dalam kebaikan (fastabiqul khairat).
Bahwa setiap pekerjaan adalah ladang amal, kita terdorong untuk berlomba-lomba melakukan yang terbaik.
Kompetisi ini bukan untuk menjatuhkan orang lain, tetapi berpacu untuk memberikan kontribusi yang paling maksimal dan paling baik.
Sebagai contoh, jika kita berada di lingkungan kerja, kompetisi dalam kebaikan berarti kita berlomba untuk menjadi karyawan yang paling jujur, paling produktif, dan paling inovatif.
Jika kita adalah seorang pelajar, kompetisi dalam kebaikan berarti kita berlomba untuk menjadi siswa yang paling rajin, paling berprestasi, dan paling bermanfaat bagi teman-teman dan guru.
Q.S. At-Taubah ayat 105 membentuk sebuah siklus yang positif: Etos kerja yang tinggi melahirkan pekerjaan yang berkualitas, yang kemudian menjadi wujud dari kompetisi dalam kebaikan, dan semua itu akan dinilai oleh Allah SWT sebagai amal ibadah yang mendatangkan kesuksesan hakiki di dunia dan di akhirat.