Kategori
Edukasi

Saat pelajaran PJOK, Anda sebagai guru melihat seorang siswa nampak murung, tidak semangat, dan enggan mengikuti aktivitas kelompok

Saat pelajaran PJOK, Anda sebagai guru melihat seorang siswa nampak murung, tidak semangat, dan enggan mengikuti aktivitas kelompok. Setelah pelajaran PJOK selesai, siswa tersebut tetap duduk menyendiri.

Ketika Anda mendekatinya dan bertanya, dia hanya menjawab, “Saya capek saja, Pak,” sambil menunduk. Yang Anda lakukan untuk membantu siswa tersebut dengan mengacu konsep dasar konseling adalah…

A. mengajak siswa berbicara di tempat yang lebih tenang, mendengarkan tanpa menghakimi, dan mencari solusi bersama.

B. menyampaikan kepada seluruh siswa agar lebih semangat, kuat dan percaya diri dalam menghadapi masalah yang terjadi.

C. memanggil orang tua siswa ke sekolah agar segera mengetahui masalah yang sedang terjadi pada siswa tersebut.

D. memberi tahu guru BK agar segera menangani siswa tersebut karena bukan tanggung jawab guru PJOK

E. memberikan saran langsung kepada siswa tersebut agar lebih semangat dan tidak cepat menyerah dalam menjalani hidup.

Jawaban:

Jawaban yang paling tepat adalah A. mengajak siswa berbicara di tempat yang lebih tenang, mendengarkan tanpa menghakimi, dan mencari solusi bersama.

Pendekatan yang paling tepat dalam situasi ini adalah yang mencerminkan konsep dasar konseling, yaitu membangun hubungan saling percaya (rapport), mendengarkan secara aktif, menunjukkan empati, dan memberdayakan siswa untuk menemukan solusinya sendiri.

Pilihan A adalah satu-satunya pilihan yang mencakup semua elemen fundamental tersebut secara berurutan dan logis.

Sebagai guru, langkah pertama yang saya lakukan adalah membangun lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa untuk mau terbuka.

Mengajak siswa berbicara di tempat yang lebih tenang dan pribadi, seperti di ruang guru yang sepi atau area lain yang jauh dari keramaian, merupakan langkah awal untuk membangun kepercayaan.

Hal ini mengirimkan sinyal kepada siswa bahwa saya peduli, menghargai privasinya, dan siap memberikan perhatian penuh tanpa gangguan dari siswa lain.

Setelah berada di tempat yang nyaman, fokus utama saya adalah mendengarkan. Jawaban siswa, “Saya capek saja, Pak,” sambil menunduk seringkali merupakan sebuah tameng untuk menutupi masalah yang lebih dalam.

Saya akan mempraktikkan teknik mendengarkan aktif, yaitu memberikan perhatian penuh pada ceritanya, tidak memotong pembicaraan, dan mendengarkan tanpa menghakimi atau langsung memberikan nasihat.

Saya akan menggunakan pertanyaan terbuka seperti, “Bisa ceritakan apa yang membuatmu merasa begitu capek?” untuk mendorongnya berbicara lebih lanjut.

Tujuan saya adalah memahami perspektifnya dan perasaan yang dialaminya.

Langkah terakhir adalah berkolaborasi untuk mencari jalan keluar. Setelah saya memahami inti permasalahannya dari sudut pandang siswa, saya tidak akan langsung memberikan solusi jadi.

Sebaliknya, saya akan memfasilitasi siswa untuk berpikir dan menemukan alternatif solusi yang paling sesuai untuk dirinya.

Saya bisa bertanya, “Menurutmu, apa yang bisa membuat keadaan menjadi sedikit lebih baik?” atau “Adakah sesuatu yang bisa saya bantu agar bebanmu terasa lebih ringan?”

Proses mencari solusi bersama ini memberdayakan siswa, meningkatkan rasa kontrol atas masalahnya, dan membangun kemampuan pemecahan masalahnya untuk masa depan.

Alasan Pilihan Lain Kurang Tepat:

Pilihan B tidak efektif karena bersifat terlalu umum dan tidak menyentuh akar masalah pribadi siswa tersebut. Memberikan nasihat massal di depan kelas bisa membuat siswa yang sedang bermasalah merasa semakin terasing karena masalahnya tidak ditangani secara spesifik.

Pilihan C merupakan langkah yang terlalu cepat dan dapat merusak kepercayaan siswa. Langsung memanggil orang tua tanpa berbicara dengan siswa terlebih dahulu bisa dianggap sebagai pelanggaran privasi. Mungkin saja sumber masalahnya justru berasal dari keluarga, sehingga tindakan ini bisa memperburuk keadaan.

Pilihan D menunjukkan sikap lepas tanggung jawab. Meskipun guru Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki keahlian khusus, setiap guru memiliki peran dalam kesejahteraan siswanya. Sebagai guru yang pertama kali mengidentifikasi masalah, saya memiliki kesempatan untuk memberikan pertolongan pertama secara psikologis. Melimpahkan masalah begitu saja dapat membuat siswa merasa seperti beban yang dioper ke sana kemari.

Pilihan E juga kurang tepat karena memberikan saran langsung tanpa memahami konteks masalah secara mendalam adalah tindakan yang prematur. Nasihat seperti “harus lebih semangat” dapat terdengar klise dan meremehkan perasaan siswa, membuatnya merasa tidak dipahami dan enggan untuk berbicara lebih lanjut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *