Setelah mengetahui konsep CASEL, bagaimana Anda mengembangkan aktivitas yang mengakomodasi CASEL dalam pembelajaran Anda di kelas bila Anda dihadapkan pada kasus tertentu?
Jawaban:
Pendekatan saya dalam mengintegrasikan CASEL tidak menjadikannya sebagai mata pelajaran tambahan, melainkan meleburkannya secara langsung ke dalam aktivitas pembelajaran yang sudah ada.
Tujuannya adalah agar siswa dapat melatih kompetensi sosial-emosional mereka sambil mempelajari materi akademik.
Proses ini dimulai dengan identifikasi masalah, lalu merancang aktivitas yang menyasar kelima kompetensi CASEL untuk mengatasi masalah tersebut.
Studi Kasus: Kesulitan Siswa dalam Kerja Kelompok
Saya akan mengambil contoh kasus yang sangat umum di kelas: kesulitan siswa saat kerja kelompok.
Masalah yang muncul meliputi konflik antar anggota, pembagian tugas yang tidak merata, beberapa siswa yang mendominasi sementara yang lain pasif, serta hasil kerja yang tidak maksimal karena kurangnya kerja sama.
Kasus ini menjadi fondasi untuk merancang aktivitas berbasis CASEL.
- Mengembangkan Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Untuk mengatasi masalah dalam kerja kelompok, langkah pertama adalah membantu siswa mengenali emosi, kekuatan, dan kelemahan mereka sendiri.
Saya akan memulai aktivitas kelompok dengan sesi refleksi diri singkat.
Sebelum memulai tugas, setiap siswa diminta menuliskan dalam jurnal singkat atau pada selembar kertas: “Apa satu kekuatan yang bisa saya tawarkan untuk kelompok hari ini?” dan “Apa satu tantangan yang mungkin saya hadapi saat bekerja sama?”.
Aktivitas ini membantu siswa masuk ke dalam mode kerja kelompok dengan kesadaran akan peran dan potensi perasaan mereka, seperti rasa cemas karena takut idenya ditolak atau rasa percaya diri karena menguasai materi.
- Mengasah Manajemen Diri (Self-Management)
Setelah sadar akan emosi dan tantangan pribadi, siswa perlu belajar mengelolanya.
Untuk melatih regulasi emosi dan penetapan tujuan, saya akan memperkenalkan “Rencana Kerja Kelompok”.
Di awal, setiap kelompok harus membuat rencana sederhana yang berisi: (1) tujuan akhir proyek, (2) langkah-langkah yang akan diambil, dan (3) pembagian tugas yang jelas.
Adanya rencana ini membantu siswa mengelola waktu, fokus pada tugas, dan mengendalikan dorongan untuk keluar dari topik.
Jika terjadi ketegangan, saya akan mengajarkan teknik sederhana seperti “Jeda 10 Detik”, di mana siswa yang merasa frustrasi bisa berhenti sejenak dan mengambil napas dalam sebelum merespons, untuk menghindari reaksi impulsif.
- Membangun Kesadaran Sosial (Social Awareness)
Kesulitan kerja sama sering kali berasal dari kurangnya kemampuan memahami sudut pandang orang lain.
Untuk membangun empati, saya akan menerapkan aturan “Dengarkan untuk Memahami, Bukan untuk Menjawab”.
Sebelum seorang siswa memberikan pendapatnya, ia harus bisa merangkum atau mengulangi ide yang baru saja disampaikan oleh teman sebelumnya dengan kalimat, “Jadi, yang saya tangkap dari idemu adalah…”.
Latihan ini memaksa siswa untuk benar-benar mendengarkan dan mencoba memahami perspektif temannya, bukan hanya menunggu giliran untuk berbicara.
Hal ini sangat efektif untuk mengurangi dominasi dan membuat semua anggota merasa didengarkan.
- Meningkatkan Keterampilan Berelasi (Relationship Skills)
Kompetensi ini menyangkut kemampuan berkomunikasi secara efektif dan menyelesaikan konflik.
Saya akan secara eksplisit mengajarkan dan mencontohkan komunikasi efektif.
Misalnya, dengan memberikan kerangka kalimat untuk menyampaikan pendapat atau ketidaksetujuan secara sopan, seperti “Saya menghargai idemu, bagaimana jika kita mencoba menggabungkannya dengan…?” atau “Saya merasa sedikit bingung dengan bagian ini, bisakah kamu menjelaskannya lagi?”.
Selain itu, saya akan membuat sesi bermain peran singkat di mana kelompok dihadapkan pada skenario konflik hipotetis (misalnya, salah satu anggota tidak mengerjakan tugasnya) dan mereka harus mempraktikkan cara menyelesaikannya secara konstruktif menggunakan kerangka kalimat yang sudah diajarkan.
- Mendorong Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making)
Pada akhirnya, kelompok harus mampu membuat keputusan yang baik secara kolektif.
Untuk melatih tanggung jawab kolektif, saya akan meminta setiap kelompok untuk membuat “Kontrak Kelompok” di awal proyek.
Kontrak ini ditulis oleh siswa sendiri dan berisi aturan main yang mereka sepakati bersama, misalnya bagaimana cara mengambil keputusan (apakah melalui musyawarah atau voting), apa yang harus dilakukan jika ada anggota yang tidak berkontribusi, dan bagaimana mereka akan mengevaluasi keberhasilan kerja sama mereka.
Dengan menciptakan aturan mereka sendiri, siswa belajar menganalisis situasi, mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka, dan berkomitmen pada kesejahteraan kelompok serta keberhasilan tugas akademik mereka.