Di lingkungan sekolah, penguasaan pembelajaran sosial emosional (PSE) oleh guru adalah sebuah kebutuhan mendasar, bukan sekadar pilihan, karena hal itu berdampak langsung pada kemampuan guru mengelola diri, berempati dengan murid, membangun relasi positif, dan membekali siswa dengan keterampilan hidup esensial.
Tag: Guru
Daripada menjawab “ya” atau “tidak” secara mutlak, saya senantiasa berjuang dan berkomitmen untuk menjadi teladan yang baik bagi peserta didik, dengan menyadari bahwa keteladanan adalah sebuah proses berkelanjutan yang berpusat pada konsistensi antara perkataan dan tindakan.
Pak Arya menghadapi kelas yang sangat pasif, peserta didik kurang antusias dalam merespon setiap stimulus yang diberikan guru. Ditanya tidak ada yang menjawab, diminta melakukan sesuatu tidak ada yang melakukan. Maka Pak Arya memutuskan untuk mengubah pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pos-pos belajaran yang bisa dipilih oleh siswa dan melakukannya dengan pendampingan LKS. Tindakan Pak Arya […]
PGRI memposisikan diri sebagai organisasi ketenagakerjaan karena kesadaran historis dan realitas di lapangan yang menunjukkan bahwa martabat dan profesionalisme pendidik berkaitan erat dengan kesejahteraan, jaminan kerja, dan perlindungan hukum, serta untuk memperjuangkan isu-isu ketenagakerjaan seperti penyelesaian status guru honorer, kesejahteraan guru, perlindungan profesi, dan pengurangan beban administrasi.
Berdasarkan Kode Etik Guru Indonesia dari PGRI, kewajiban etis guru meliputi menjalin kerja sama yang baik, memberikan informasi jujur, dan merahasiakan data pribadi siswa kepada orang tua/wali siswa; menjadi teladan, aktif dalam pembangunan, dan peka terhadap perubahan sosial kepada masyarakat; saling menghormati, menjaga kekeluargaan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat secara musyawarah dengan sesama sejawat guru; setia, patuh, dan aktif dalam memajukan organisasi profesi (PGRI); serta loyal, patuh, dan turut serta menyukseskan program pemerintah dalam bidang pendidikan.
Penggunaan multimedia di kelas menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kendala teknis seperti keterbatasan infrastruktur dan kurangnya keterampilan operasional guru, hingga hambatan pedagogis dalam merancang materi edukatif dan mengintegrasikannya secara tepat, serta tantangan manajerial terkait waktu persiapan dan pengelolaan kelas.
Dalam kebiasaan guru di sekolah, identifikasi masalah dan karakteristik murid kerap terhambat oleh keterbatasan waktu, kurangnya pelatihan, keragaman latar belakang murid, serta minimnya alat pendukung, yang buktinya terlihat dari stagnasi nilai akademik, perilaku murid yang tidak sesuai, keluhan orang tua, rendahnya partisipasi, hingga tingginya angka putus sekolah.
Membuat rencana Pembelajaran Sosial Emosional berbasis Empathy, Mindfulness, Compassion, Critical Inquiry dengan guru sebagai teladan.